PEONY DIARIES

Memuat tulisan-tulisan Nufus Zahra Amien; Menulis adalah pelarianku dari pikiranku sendiri.


  • Kamera

    Satu bulan sebelum pandemi Covid-19 mengacau di Indonesia, Aku keluar dari profesi wartawan televisi. Pekerjaan yang aku geluti 10 tahun terakhir. Uang hasilnya bisa menghidupiku, membantu pendidikan Adik dan membeli berbagai hal yang tidak mampu kubeli saat kecil. Tapi ada satu yang harus Aku korbankan, waktuku bersama Ibu. Aku ingat saat itu bulan kedua kami… Continue reading

  • Kering

    Pernahkan kalian berpikir atau berandai-andai, tentang bagaimana kehidupan setelah ditinggalkan seseorang yang kita cintai. Sebagian orang ketakutan dan memilih untuk tidak memikirkannya, karena sungguh tidak ada gunanya. Semua sepakat; bahwa hal itu sangat bisa ditebak. Rasanya, sudah pasti tidak enak. Tapi bisakah mengukur berapa nilai tidak enaknya? Hidup Setelah Kau Pergi. Kamar Mandi. Menjadi makin… Continue reading

  • Catatan Kecil Ibu yang Sepi

    Iya benar, sore ini pukul 5.42 PM, saat aku mengetik dengan cepat di ponselku yang edge, sambil menunggu suamiku yang sedang bekerja 30 menit berkendara dari kedai kopi, tempat aku duduk saat ini, kesepian. Setidaknya kepalaku yang rasanya sangat sepi, lengang. Anehnya.. aku suka sekali. Jadi ceritanya, aku dan E, berencana mendatangi sebuah konser sederhana… Continue reading

  • Yang Penting Dekat !

    Ditemani segelas latte dingin buatan suamiku, masih memakai abaya yang terasa lengket karena Aku baru pulang jemput-antar Anakku dari sekolahnya, kuputuskan menulis ini. Sebuah tulisan tentang pengalamanku, berburu sekolah taman kanak-kanak, hal yang krusial menurutku; menurut kami. Karena ibarat hendak membangun sebuah istana untuk anakku, dimana istana ini isinya adalah 50% usahanya dan 50% lagi… Continue reading

  • KABUR

    Bukan, Saya bukan sedang merencanakan atau sedang dalam masa pelarian. Hal itu sudah Saya lalui lebih dari satu dasawarsa lalu. Darimana Saya melarikan diri, sebenarnya masalahnya tidaklah terlalu fatal. Saya melarikan diri dari kebosanan dan atas kehidupan Saya yang nyaris berada di bawah komando orang lain. Beberapa dari orang yang mengetahui cerita Saya masa itu,… Continue reading

  • Rak Buku

    Ruangan itu wangi sekali, suasananya didominasi coklat. Rak kayu coklat mengkilap berpelitur, isinya buku-buku usang yang kertasnya kecoklatan seperti tertumpah air teh lalu kering, tempat tidur yang juga berwarna coklat berkasur tipis berdebu dan saat kunaiki berderit, ia sudah goyah. Saat masuk kesana, mataku spontan sedikit berair, ada sisa debu tajam yang aku yakin berasal… Continue reading

  • LONA

    Bapakku melipat-lipat pakaian, yang dikeluarkannya keseluruhan dari lemari. Dilipatnya kecil-kecil, memaksimalkan kapasitas koper hijau yang biasanya hanya teronggok berdebu di sudut kamar. Tidak hanya pakaian kami berempat, Bapak juga mengepak buku, perabotan, menurunkan frame foto dari dinding, mempreteli kursi, tempat tidur, memberikan baskom- baskom plastik dari dapur kepada para tetangga yang menerima dengan sukacita. Bapak… Continue reading

  • PERGI KE KARIMUN

    Udara Jakarta yang panas dan lengket, rupanya tidak membuat Nenekku betah berlama-lama. Terpaksa tidur di ruang belakang yang disulap menjadi kamar, dibatasi rak piring dan kain seadanya, Nenek tidur bersempit-sempit denganku. Mengusap kepalaku sampai aku mengantuk, karena masa transisi menjadi seorang kakak, tampaknya sangat berat untukku. Nenekku yang berbadan segar itu, merawat Ibu yang kondisinya… Continue reading

  • ANAK GANG

    “Azizah…! Terdengar suara tinggi melengking dari balik tembok. Gawat, Ibuku tahu. Aku melarikan diri dari sekolahku, lebih tepatnya tidak memenuhi peraturan untuk menunggu Ibuku keluar kelasnya, sebelum kami pulang Bersama ke rumah. Aku baru masuk kelas 1 SD, dadaku rasanya ingin meledak, menahan rindu kepada Bu Iyem, Bu Jasmin yang selalu memakai turban dan Bu… Continue reading

Newsletter

Design a site like this with WordPress.com
Get started